Bogor , Menjadi Garda terdepan dalam menjaga kebersihan di Bogor Timur, Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengelolaan Sampah Wilayah II Jonggol, berperan aktif dalam membersihkan lingkungan dari tumpukan sampah baik dari Perumahan, Pasar dan sampah liar yang dibuang oleh warga yang tidak bertanggungjawab.
Meski terbilang bau, jorok dan menjijikan, namun para pekerja pengangkut sampah dengan suka rela memindahkan tumpukan sampah ke dalam bak truk untuk diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Rutinitas itu yang setiap hari dilakukan oleh UPT Pengelolaan sampah Wilayah II dalam memperindah pemandangan khususnya Bogor Timur.

Namun begitu, kerja keras yang sudah dilakukan dengan optimalpun tak sebanding dengan fasilitas yang didapatkan. Nayatanya, kondisi jalan masuk ke-kantor UPT Pengelolaan Sampah itu rusak parah bahkan memprihatinkan. Selain becek dan kumuh, jalan yang dijadikan akses masuk para pegawai dan mobil pengengkut sampah itu hampir menelan korban lantaran beberapa waktu lalu, ada armada yang selip dan hampir terguling akibat jalan yang becek dan bergelombang.
“Kita sudah ajukan kepada Dinas Lingkungan Hidup agar memperbaiki jalan akses masuk kantor UPT. Akan tetapi, karena mungkin kondisinya sedang mewabah virus Covid-19 jadi tertunda. Namun tetap dari pihak UPT meminta kepada dinas lingkungan hidup pusat untuk sesegera mungkin memberbaiki insfrastruktur karena sifatnya ini rawan. Beberapa waktu lalu ada beberapakali mobil yang mater slip dan mau terguling, makannya sebelum terjadi yang tidak diinginkan kami mohon agar lingkungan hidup sesegera mungkin untuk merealisasikan perbaikan jalan akses masuk kantor ini.” Keluh Kepala UPT Pengelolaan Sampah Wilayah II Jonggol, Iwan S Yunior, kepada awak media, Senin (15/6/20).
Selain jalan, masih kata Iwan sapaan akrabnya juga meminta agar ada penambahan Armada pengengkut sampah. Menurutnya, dengan jumlah armada sebanyak 25 unit itu masih belum bisa memenuhi kebutuhan guna membersihak sampah liar maupun sampah yang berasal dari perumahan dan pasar.
“Untuk program kedepan kami meminta agar ada penambahan armada karena untuk mencakup enam Kecamatan yang kita tangani dengan 25 armada tidak bisa sebanding. Minimal penambahan separuhnya baru kita bisa atasi sampah yang diwilayah kami untuk mengurangi penumpukan sampah liar yang tidak bertuan.” katanya.
“Jadi kami dengan hanya dilengkapi dengan dua mobil opsi non retribusi itu sangat tidak efesien . Hari ini jika kami mengangkut di cileungsi sedangkan klapanunggal dan cariu misalnya pasti menumpuk. Karena mulai dari fly over cileungsi sudah mulai banyak sampah liar walaupun menumpuk sedikit tapi ga enak dipandang mata apalagi fly over itu kan sebagai iconnya kota Cileungsi.” jelasnya. (ind)