Cilacap – Komisi D DPRD kabupaten Cilacap menggelar audensi dengan Paguyuban Warga Lomanis Cilacap. Audensi dipimpin oleh ketua Komisi D DPRD Cilacap, Didi Yudi Cahyadi, Wakil ketua Komisi D, Sri Satini Al Nyai, Sekretaris Komisi D, Suheri serta anggota Komisi D DPRD kabupaten Cilacap. Perwakilan dari PWL berjumlah 7 orang yakni, ketua PWL H. Shohayat, Sekretaris Gatot Pramono serta 5 orang yang tergabung di PWL pada hari Jum at (31/12).
Kedatangan PWL tersebut menyampaikan paparan terkait hunian yang sangat dekat dengan kawasan Kilang Pertamina Internasional Unit IV Cilacap serta polusi menjadi salah satu hal yang sangat terpenting dan mengganggu saat timbul aroma bau busuk dari gas buangan. Warga tidak tahu bagaimana kondisi polusi di daerah Lomanis tetapi warga merasakan hal tersebut. Polusi ini sangat berbahaya karena tidak berbentuk dan tidak terlihat langsung oleh warga.
Terbukti banyak warga yang ingin bekerja saat dilakukan Medical check Up hasilnya banyak yang tidak fit, mereka merasa tubuh mereka baik baik saja dan tidak ada masalah tetapi setelah MCU tidak fit. Apakah itu salah satu dampak polusi yang membuat hasil MCU unfit? Serta terjadinya beberapa kali kebakaran tangki timbun BBM didalam kilang yang membuat panik dan resah warga sekitar kilang minyak. Contohnya ketika hujan turun dan ada petir menyambar mereka terutama lansia dan anak anak sangat ketakutan kalau-kalau akan terjadi kebakaran.
Selain itu, pasca dibukanya jalan MT. Haryono baru dan ditutupnya jalan MT.Haryono lama dan jalan MT. Thamrin, praktis membuat urat nadi perekonomian warga Lomanis lumpuh (mati suri). Hal tersebut dirasakan saat dilakukan ujicoba pembukaan jalan MT Haryono baru, maka secara otomatis jalan MT. Haryono lama dan Jalan MH. Thamrin sebagian ditutup, warga merasa semakin terisolir/ terkurung.Memang telah dibuatkan jalan tembusan yaitu jalan Suasa akan tetapi dengan di tutupnya jalan MT.Haryono dan jalan Thamrin praktis membuat urat nadi perekonomian warga Lomanis yang tidak ketergantungan dengan Pertamina menjadi lumpuh. Terbukti pada saat uji coba yang masuk ke wilayah Lomanis depan kilang hanya orang yang punya kepentingan bekerja di kilang.
Ketua PWL Cilacap, H. Shohayat, mengatakan” Kami beserta warga yang lainnya menginginkan kehidupan yang aman tentram dan sehat serta tetap menjaga keseimbangan antara keberlangsungan industri KPI Unit IV Cilacap dengan kesehatan dan keselamatan warga sekitar kelurahan Lomanis,kami tidak anti Pati terhadap Kilang Pertamina Internasional Unit IV Cilacap, terbukti bahwa kami dapat hidup berdampingan sejak KPI berdiri hingga saat ini yang sudah lebih dari 45 tahun dan warga selalu menjaga situasi yang kondusif.
Dalam paparan tersebut PWL memohon pada PT.Kilang Pertamina Internasional Unit IV Cilacap dan Pemerintah untuk dievaluasi kembali dan diberi solusi terhadap keberadaan permukiman di wilayah Lomanis yang dekat dengan Pertamina apakah layak huni atau tidak,
serta warga diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam Kilang Pertamina Internasional Unit IV Cilacap sebagai karyawan organik.Karena sejak berdirinya Kilang Minyak warga Lomanis hanya sebagai penonton dan sebagian karyawan organik KPI Unit IV Cilacap adalah orang dari luar kota Cilacap.
Ketua Komisi D DPRD Cilacap, Didi Yudi Cahyadi mengatakan,” Kami akan membantu memperjuangkan aspirasi warga Lomanis dan mempertemukan PWL dengan GM Pertamina secepatnya dan jika tidak bisa akan kami bawa ke Pertamina Pusat.”ungkap Didi Yudi .
Sementara itu di tempat terpisah, sekretaris PWLGatot Pramono, mengucapkan “Terima kasih pada DPRD Cilacap,pada hari ini diberi kesempatan untuk audensi dengan Komisi D DPRD kabupaten Cilacap yang telah mendengarkan keluh kesah kami, komisi D akan menjadwalkan pertemuan PWL dengan Pertamina dalam waktu dekat ini yakni bulan Januari 2022”. ungkap Gatot.
Gatot Pramono menambahkan, tidak semua warga mendukung tapi tetap mendapat dukungan dari warga. (JAS)