Karawang – Pembangunan tanggul sungai Citarum yg bertempat di Desa Solokan Kec. Pakisjaya Kab. Karawang yg pada pelaksanaanya sudah hampir 100 persen rampung dikerjakan. Pekerjaan tersebut banyak menuai pertanyaan publik, baik dari pekerja yang mengabaikan alat pelindung atau Septi, dengan alasan tidak nyaman digunakan saat bekerja.
Kurang transparan dalam pelaksanaan dilapangan tidak adanya Direksi keet, dimana fungsi Direksi keet untuk mengetahui skejul pekerjaan yang akan dilaksanakan, mulai gambar atau denah lokasi. Sehingga hal tersebut menjadi pertanyaan awak media.
Wandy salah satu pelaksana pekerjaan saat dihubungi lewat gawai kepada SNP mengatakan “Tidak ada Direksi keet, anggaran segitu tidak ada direksi keet katanya dengan nada sibuk dan terburu-buru, hubungi saja Humas saya Pak Seven dilapangan” ungkapnya dengan jelas.
Sementara Jana konsultan dari proyek pengerjaan tanggul Citarum saat dimintai keterangan terkait teknis enggan menjelaskan di handphone dan janji akan menghubungi awak media kalo dirinya akan ke lokasi, namun sampai berita ini muncul, Jana tidak pernah menginformasikan kehadirannya di lapangan.
Ironis sekali proyek yg dikerjakan dengan 3 Kontraktor serta konsultan pada pelaksanaanya diduga kuat tidak ada ketransparan, dan ada dugaan kuat penyimpangan anggaran negara.
Abdul Haris pemerhati pembangunan dikarawang turut memberikan keterangan terkait proyek semi menengah ini, “Tidak semestinya ditutupi transparan sajalah, itu kan proyek besar anggaranya juga milyaran, jadi harus ada kejelasanya”
“Kami sempat melihat mulai dari pemasangan turap sampai dinding turap sangat jelas tidak proporsional, mulai dari kemiringan bangunan, adukan yg kurang semen dan ngepruy, karena menggunakan semen yang lebih murah.”
Lalu dengan menggunakan arugan tanah setempat ini juga menjadi pertanyaaan besar, setau kami urugan itu harus menggunakan tanah merah yg kualitas kepadatanya lebih menjamin tidak longsor.
Lebih lanjut Abdul Haris mengatakan “Jadi kemana konsultan dan pengawas BBWS saat pekerjaan dilaksanakan, kok tidur.”
“Semestinya sinergi dengan para kontroling yg ada agar bisa saling mengingatkan saat ada kesalahan, bukan sebaliknya menutupi kesalahan dan ketidak transparan” ungkapnya dengan jelas. (Iwan)