Bogor – Merespon persoalan wilayah di Kecamatan Cileungsi Kabupupaten Bogor, yang dinilai masih banyak pembenahan. Jurnalis dan Aktivis Bogor Raya (Jasbora), menggelar audensi bersama Camat setempat, untuk mempertanyakan keseriusan dan penyelesaiannya.
Ketua Jasbora, Romi mengatakan jika lersoalan di Wilayah Cileungsi, masih banyak yang perlu dilakukan pembenahan. Hal itu seperti persoalan semrawutnya Flayover Cileungsi, Sampah liat di tepi jalan raya kabupaten dan provinsi, kemacetan, hingga keberadaan Tempat Hiburan Malam (THM) dan Panti Pijat yang legalitasnya patut dipertanyakan.
“Di wilayah Kecamatan Cileungsi, masih banyak yang harus dilakukan pembenahan oleh pak Camat. Saya kira, sejauh ini semenjak camat menjabat, belum ada upaya tindakan nyata,” ucap Romi, Senin (14/8).
Romi menjelaskan, persolaan tersebut yang saat ini belum adanya upaya konkrit dan tindakan nyata untuk dilakukan penyelesaian secara tuntas. Salahsatunya dengan persoalan flay over Cileungsi yang saat ini masih belum adanya penataan. Kemudian juga sampah liar yang semakin marak, kemacetan, banjir, hingga minimnya pengawasan pihak kecamatan dalam pelaksanaan program desa membangun yang anggarannya bersumber dari Dana Desa (DD) APBD Pusat, maupun Samisade APBD Kabupaten Bogor.
“Saya ingin penataan Cileungsi itu dapat segera dilakukan. Tidak ada istilah camat berkata Pemda tidak ada anggaran, dikarenakan anggaran sebelumnya diprioritaskan untuk pembangunan Huntap di wilayah Bogor Barat. Saya rasa kalau camat itu bisa memperjuangkan, masih banyak pemanfaata anggaran lainnya, seperti Hibah Anggaran Sampah DKI, maupun CSR perusahaan sekitar,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Cileungsi, Adhi menanggapi positif kritikan tersebut sebagai bahan evaluasi kinerja pihaknya. Iapun mengaku jika beberapa persoalan yang kerap disampaikan melalui kritik media massa tersebut, dinilai dapat membantu kinerjanya untuk lebih ditingkatkan lagi.
“Saya menanggapi kritikan baik LSM dan Media dengan positif. Karena, dengan kritikan ini, kami akan menjadikannya sebagai bahan evaluasi kedepannya,” kata Adhi.
Terkait persoalan flay over yang hingga saat ini tak kunjung adanya penyelesaian, Adhi mengakui jika anggaran dari Pemda yang sebelumnya akan dimanfaatkan untuk penataan flay over, oleh pihak Pemda dialihkan untuk yang lainnya dalam pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi korban longsor di wilayah Bogor Barat, dengan alasan lebih prioritas.
“Tapi saya sudah usulkan kembali untuk penataannya. Bisa juga kita gandeng pihak perusahaan di kecamatan Cileungsi, untuk dapat berkontribusi dalam menata Flay Over,” ujarnya.
Kemudian juga terkait THM dan Miras yang berkaitan dengan Penyakit masyarakat, ia mengaku sejauh ini sudah berupaya melakukan tindakan sesuai kewenangan pihak kecamatan, yang salahsatunya mendata, dan melaporlan persoalan tersebut ke pihak Dinas terkait yang ada di Kabupaten Bogor.
“Upaya kita sudah dilakukan, mulai dari himbauan, teguran, pendataan hingga pelaporan ke kabupaten,” katanya.
Disamping itu, berkaitan dengan persoalan sampah liar, Adhi juga mengaku sudah mengupayakan pengangkutan secara berkala yang tentunya berkoordinasi dengan pihak UPT DLH setempat.
“Upaya pengakutan sudah selalu dikoordinasikan dengan pihak UPT DLH, tapi tak berlangsung lama. Ini dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat,” akunya. (Indri/tim)