Cirebon SNP – Merawat Pusaka Warisan Leluhur, memontum yang tidak bisa di hilangkan seperti Ngumbah atau yang berarti mencuci atau tujuannya adalah membersihkan/mensucikan dari kotoran yang dimaknai sebagai perwujudan pusaka bagi pemilik kuwu terdahulu jangan sampai mengalami kerusakan (17/06)
Warga masyarakat di Desa Guwa Kidul Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon, terlihat memadati kediaman rumah Kuwu Supandi, ingin menyaksikan kegiatan ngumbah pusaka atau mencuci pusaka di setiap setahun sekali yang bertempatan pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah selepas sholat id.
Tradisi ini sudah diyakini sudah dilakukan oleh para kuwu pendahulu yang sudah ratusan tahun silam, adapun pusaka tersebut milik Ki Gede Guwa Ki Madun Jaya dengan empat macam pusaka, seperti tongkat, pusaka kening atau kemong, dan dua besi kuning.
Konon pada zaman dahulu kala, ke empat pusaka tersebut dimiliki oleh Ki Gede Guwa Ki Madun Jaya atau sebutan lain Ki Baluran salah seorang tokoh ulama dari keturunan Putra Pangeran Gesang Cirebon, atau Putra Ki Demang Cirebon, yang pertama kali yang membabat tanah untuk membuat padukuhan guwa yang terletak di sebelah Ujung Barat Cirebon yang perbatasan langsung dengan Kabupaten Indramayu, pusaka tersebut yang umurnya sudah ratusan tahun di pergunakan untuk mengumpulkan masyarakatnya untuk berkumpul di satu tempat untuk di berikan wejangan terhadap masyarakatnya kala itu.
Dari beberapa sumber bahwa ke empat pusaka tersebut mempunyai makna masing masing, Seperti kemong atau kening sebutan lain bareng, dibunyikan atau di tabuh disaat mengumpulkan warga pada jamanya, sedangkan besi kuning mempunyai makna wanita dan laki laki, kedua besi kuning tersebut bisa terlihat keropos bahkan berkarat ketika masyarakat desa guwa sedang dalam bencana ataupun kelaparan. tetapi pusaka atau benda tersebut terlihat utuh dan bersih, bertanda bahwa masyarakat desa guwa subur makmur tanpa kurang suatu apapun.
Drs. H. Tamin, M.A. salah satu tokoh masyarakat mengenai hal tersebut mengatakan, ini tradisi yang harus terus kita lestarikan, kita jaga, bila perlu kita gali jangan sampai tradisi dan budaya warisan nenek moyang kita punah, karena ini pusaka milik nenek moyang kita yang perlu kita rawat, kita jaga dan kita lestarikan,” katanya.
“Memandikan pusaka leluhur selalu dilakukan satu tahun sekali, dan pusaka leluhur selalu berada di rumah kuwu yang aktif atau yang sedang menjadi kuwu, semoga dengan adat dan budaya memandikan pusaka leluhur kita ini bisa membangunkan semangat masyarakat lebih bangkit lagi. karena ada nya desa guwa ini berkat adanya pusaka leluhur kita yang saat ini kita rawat dan kita jaga keaslianya”, pungkasnya Drs. H. Tamin, M.A. (Turah)